gravatar

Libya Diambang Perang Saudara

Warga Libya yang menentang Khadafi (Foto: Reuters) 
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) bertekad untuk terus menekan Presiden Moammar Khadafi lewat tekanan ekonomi dan militer. Ini dilakukan setelah melihat Libya berada di persimpangan menuju perubahan demokrasi yang damai sekaligus ancaman perang saudara.

"Dalam beberapa tahun ke depan, Libya bisa menjadi negara demokrasi yang damai atau dihadapkan pada perang saudara yang berkepanjangan. Bahkan bisa juga diwarnai dengan kerusahan yang tidak akan pernah berhenti," menurut Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton seperti dikutip AFP, Rabu (2/3/2011).

Pekan lalu, putra Khadafi, Saif al-Islam menyatakan, Libya saat ini dihadapkan pada kemungkinan perang saudara dan dipenuhi pertumpahan darah.

Meski yakin dirinya terus didukung oleh rakyat, Moammar Khadafi kekuasaannya tetap langgeng meskipun rezimnya saat ini hanya menguasai wilayah kecil barat Tripoli dan di selatan.

Sementara Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan, tidak ada pihak yang dapat memprediksi kapan pihak oposisi dapat menguasai seluruh wilayah Libya. 

"Kecepatan, momentumnya amat tidak dapat dilihat. Hal ini dapat kita lihat dari apa yang terjadi di wilayah Timur Tengah dan Afrika, khususnya saat ini di Libya," ucap Carney.

Lebih lanjut Clinton menyadari pihak mengerti kubu oposisi di Libya ingin melakukan perubahan di negaranya dengan caranya sendiri. 
Namun Pentagon bersama dengan sekutu NATO telah memulai perencanaan dan persiapan mengenai bantuan kemanusiaan yang mungkin saja diperlukan pada saatnya nanti.
 

Link Sahabat

Kategori

Pengunjung

free counters